Nama : Muhammad Gorby Alviansyah
NPM : 26209212
Kelas : 4 EB 14
Translasi Mata Uang Asing
1.
Membedakan translasi dan konversi antar mata uang asing.
Jawab :
Translasi tidak sama dengan
konversi. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti halnya
sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang kedalam nilai
ekuivalen dollar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi. Pada konversi
terjadi pertukaran fisik antar mata uang.
2.
Memahami istilah-istilah dalam translasi mata uang asing.
Jawab :
-
Konversi : pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang
lain.
-
Kurs kini : nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan
keuangan yang relevan.
-
Posisi aktiva bersih yang beresiko, yaitu kelebihan aktiva
yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan di translasikan
dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi
dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
-
Kontrak pertukaran forward : suatu perjanjian untuk
mempertukarkan mata uang dari negara yang berbeda dengan menggunakan kurs
tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
-
Mata uang fungsional : mata uang utama yang digunakan oleh
suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut
adalah mata uang negara dimana perusahaan itu berlokasi.
-
Kurs historis : kurs nlai tukar mata uang asing yang
digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli
atau terjadi.
-
Mata uang pelaporan : mata uang yang digunakan perusahaan
dalam menyusun laporan keuangan.
-
Kurs Spot : nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam
waktu segera.
-
Penyesuaian translasi : penyesuaian translasi yang timbul
dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu
perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
3.
Mengetahui perbedaan keuntungan dan kerugian translasi
mata uang asing.
Jawab :
1) Penangguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva
bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh
terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari entitas asing.
Penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari
ekuitas konsolidasi.
2) Penangguhan dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan
amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama
yang terkait dengan utang akan ditangguhkan dan diamortisasi selama umur aktiva
tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan
beban depresiasi atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman
sebagai penyesuaian terhadap beban bunga.
3) Penangguhan Parsial
Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui
kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya
setelah direalisasikan, hal ini semata-mata hanya karena merupakan keuntungan,
tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
4) Tidak Ditangguhkan
Mengakui keuntungan dan kerugian
translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun, memasukkan
keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan
elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang
sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. Keuntungan dan
kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi
asing dalam mata uang domestik dan harus diakui.
4.
Menghitung keuntungan dan kerugian translasi mata uang
asing.
Jawab :
Contoh kasus :
Tanggal 1 Januari 2009 (tanggal transaksi) perusahaan
meminjam dana dari Bank di luar negeri sebesar $US 10.000,- dimana kurs yang
berlaku pada saat itu adalah (spot rate) Rp 10.000,- per $US. Jika
perusahaan melunasi seluruh hutangnya pada tanggal 1 Desember 2009 dan kurs
yang berlaku pada tanggal 1 Desember 2009 (tanggal penyelesaian) dan kurs yang
berlaku adalah Rp 11.000,- per $US. Dari uraian transaksi peminjaman tersebut
antara tanggal trnasaksi dengan tanggal penyelesaian terjadi pada tahun 2009
sehingga seluruh selisih kurs yang terjadi sebesar Rp 1.000,- x $US 10.000 = Rp
10.000.000,- dibebankan seluruhnya di tahun 2009.
Jika pelunasan dilakukan pada tanggal 15 Maret 2010 dengan
kurs yang berlaku sebesar Rp 12.000,- sehingga timbul selisih kurs sebesar Rp
2.000,- x $US 10.000,- = Rp 20.000.000,- maka karena tanggal transaksi dan
tanggal penyelesaian meliputi dua periode yaitu tahun 2009 dan 2010 maka
selisih kurs Rp 20.000.000,- akan dibebankan di dua tahun tersebut. Untuk dapat
menghitung berapa beban tahun 2009 maka kurs tanggal transaksi akan
dibandingkan dengan kurs pada tanggal neraca (akhir tahun). Jika misalkan kurs
akhir tahun adalah Rp 11.500, maka pembebanannya adalah:
Tahun 2009 : $US 10.000 x (Rp 11.500 – 10.000) = Rp
15.000.000,-
Tahun 2010: $US 10.000 x (Rp 12.000 – 11.500) = Rp
5.000.000,-
Jumlah = Rp 20.000.000,-
Ada beberapa poin yang perlu diketahui. Pertama penghitungan
selisih kurs adalah hanya atas pos moneter saja. Pos moneter adalah kas dan
setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya
pasti atau dapat ditentukan. Ketentuan pajak pun sejak semula sudah mengikuti
ketentuan ini. Jadi apabila kita membeli mesin (pos non-moneter) dengan harga
US $10.000,- dengan kurs Rp 10.000,- yang berarti mesin dicatat seharga Rp
100.000.000,- maka apabila terjadi perubahan kurs nilai mesin tidak berubah dan
tidak menimbulkan selisih kurs. Namun apabila pembelian mesin tersebut
dilakukan dengan kredit yang memunculkan saldo hutang dan terjadi perubahan
kurs maka akan menimbulkan selisih kurs.
Kedua, dalam penghitungan selisih kurs PSAK menganut azas
konservatif dimana pada setiap akhir tahun unit usaha harus menghitung selisih
kurs atas pos moneter dalam mata uang asing. Dengan kata lain PSAK tidak
mengenal kurs tetap dalam penghitungan selisih kurs.
5.
Memahami pengaruh penggunaan berbagai metode translasi
mata uang asing terhadap laporan keuangan.
Jawab :
Nilai tukar yang dapat digunakan saat melakukan translasi saldo dalam mata
uang asing menjadi mata uang domestik, yaitu:
1. Kurs kini (current), adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan
keuangan.
2. Kurs historis (historical), adalah kurs nilai tukar pada saat suatu
aktiva dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban
dalam mata uang asing pertama kali terjadi.
3. Kurs rata-rata (average), adalah rata-rata sederhana atau tertimbang
dari kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar historis.
Pengaruh penggunaan kurs nilai tukar historis
dibandingkan kurs nilai tukar kini terhadap laporan keuangan ketika digunakan
sebagai koefisien translasi mata uang asing umumnya mempertahankan biaya awal
ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing dalam laporan berdenominasi
mata uang domestik.
Penggunaan kurs nilai tukar historis melindungi laporan
keuangan dari keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing, yaitu dari
kenaikan dan penurunan dalam ekuivalen saldo mata uang asing yang timbul dari
fluktuasi kurs translasi antar periode pelaporan. Penggunaan kurs kini
menimbulkan terjadinya keuntungan atau kerugian translasi.
Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu
perusahaan membeli atau menjual barang, dengan pembayaran yang dibuat dalam
mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan mata uang
asing. Translasi diperlukan untuk mempertahankan catatan akuntansi dalam
mata uang perusahaan pelapor.
Dari dua jenis penyesuaian transaksi, yang pertama
keuntungan dan kerugian atas transaksi yang terselesaikan, timbul ketika nilai
tukar yang digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai
tukar yang digunakan pada saat penyelesaian, yang kedua adalah keuntungan dan
kerugian transaksi yang belum terselesaikan timbul ketika laporan keuangan
disusun sebelum suatu transaksi diselesaikan.
Suatu transaksi yang direalisasi (atau sudah
diselesaikan) menimbulkan keuntungan dan kerugian yang nyata yang tercermin
secepatnya dalam laba, sedangkan penyesuaian translasi (termasuk keuntungan dan
kerugian atas transaksi yang belum terselesaikan) bersifat belum direalisasi
atau masih di atas kertas. Perlakuan akuntansi yang tepat atas keuntungan dan
kerugian jenis ini belum jelas.
6.
Melakukan evaluasi dan memilih metode translasi mata uang
asing terbaik sesuai kondisi usaha dan pasar uang.
Jawab :
Satu metode translasi tidak dapat memenuhi dengan sama
translasi yang dilakukan berdasarkan kondisi yang berbeda dan untuk tujuan yang
berbeda. Ada tiga pendekatan translasi yang berbeda yan dapat diterima:
1. Metode historis
2. Metode kini
3. Tidak dilakukan translasi sama sekali
Objek translasi adalah untuk mengubah unit pengukuran
laporan keuangan anak perusahaan luar negeri sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima secara umum di negara asal induk perusahaan.
Prinsip temporal pada umumnya mempertahankan prinsip
akuntansi yang digunakan untuk mengukur aktiva dan kewajiban yang awalnya
dinyatakan dalam unit mata uang asing.
Tidak ada translasi yang memadai jika dilakukan antara mata
uang yang sangat tidak stabil dan sangat stabil, karena tidak akan menghasilkan
informasi yang bermakna meski menggunakan metode yang manapun.
Translasi tidak diperlukan jika laporan keuangan perusahaan independen
dikeluarkan diterbitkan benar-benar untuk tujuan pemberian informasi bagi para
penduduk negara lain yang berada dalam tingkat perkembangan ekonomi yang dapat
dibandingkan dan memiliki situasi mata uang nasional yang dapat dibandingkan.
Kurs translasi yang tepat mencerminkan kenyataan ekonomi dan
usaha yang ada. Kurs pasar bebas yang digunakan untuk transaksi spot di negara
di mana akun-akun ditranslasikan ke nilai asalnya adalah satu-satu kurs yang
secara tepat mengukur nilai transaksi sekarang.
Beberapa kurs nilai tukar, yaitu:
1. Kurs pembayaran dividen
2. Kurs pasar bebas
3. Kurs penalti atau preferensi yang dapat digunakan
(terkait dengan ekspor atau impor)
Kurs pasar bebas lebih disukai, dengan satu pengecualian:
apabila terdapat kontrol nilai tukar yang khusus (yaitu apabila beberapa jenis
dana yang secara pasti telah dialokasikan untuk transaksi tertentu dengan kurs
nilai tukar valuta asing khusus yang berlaku), kurs yang berlaku tersebut harus
digunakan.
7.
Memahami hubungan antara translasi mata uang asing dengan
inflasi.
Jawab :
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan
aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan
menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah
daripada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang
ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban
depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti
itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi
kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan
laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio
pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar
negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi,
karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian
biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai
solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional
untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi.
Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam
mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs
historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing
terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap
rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari
masalah akuntansi untuk inflasi asing.
Sumber :
Frederick Education – Prentice. D.S.Choi, Gary K.Meek,
International Accounting, Pearson
Tidak ada komentar:
Posting Komentar